Cara membantu Anak Yang Terlambat Bicara


Menurut data UKK Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial IDAI di 7 RS Pendidikan Indonesia di Jakarta, Surabaya, Bandung, Palembang, Denpasar, Padang, dan Makasar pada 2007 gangguan bicara-bahasa mendominasi gangguan perkembangan anak.
Seorang pakar kesehatan menyebutkan, terlambat bicara adalah salah satu gangguan perkembangan anak yang banyak terjadi di Indonesia, padahal kemampuan bicara dan bahasa adalah salah satu penentu perilaku dan kecerdasan anak di masa depan. Namun gangguan bicara dan bahasa pada anak ini dapat dicegah bila orangtua jeli mengamati perkembangan anak, terutama pada usia krusial, dua tahun pertama, karena otak anak berkembang hingga 80 persen pada usia 2 tahun, dan 95 persen pada umur enam tahun.
“Pada dua tahun pertama, periksakan tumbuh kembang anak tiap tiga bulan sekali. Setelah itu lakukan pemeriksaan tiap enam bulan. Dalam rentang usia sekian anak harus mampu apa saja. Bila kemampuan anak terlambat, maka harus diperiksa untuk mencari penyebabnya dan segera lakukan intervensi dini,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Eddy Fadlyana di Jakarta, Jumat.
Orangtua dapat mengamati tumbuh kembang buah hati lewat panduan yang tertera di buku kesehatan ibu dan anak.Melalui deteksi dini, anak bergangguan perkembangan bicara dan bahasa dapat ditangani segera, sebaliknya tanpa deteksi dini kemungkinan 70 persen anak mengalami gangguan bicara. Deteksi dini membuat sekitar 70-80 persen anak yang mempunyai gejala gangguan perkembangan bicara dapat teridentifikasi.
Ketua Divisi Tumbuh Kembang RSUD Dr. Soetomo, Ahmad Suryawan, menyebutkan kerusakan otak, kerusakan organ penerima atau indera, dan gangguan input adalah tiga faktor penting yang membuat anak terlambat berbicara. Anak yang tidak bisa mendengar dengan baik bisa ditolong dengan memasangkan alat bantu dengar, tapi jika kerusakan pada telinga parah, maka pilihannya adalah transplantasi organ.
Bila kondisi otak dan telinga anak dalam keadaan sempurna namun kemampuan bicara masih lambat, kemungkinan biang keladinya adalah gangguan input yang disebabkan kurangnya rangsangan dari orangtua pada anak untuk berbicara, seperti kurangnya interaksi verbal antara orangtua dan anak.
Anak menyerap apa yang didengarnya dalam gudang kosakata di area Wernicke di otak besar. Semakin sering dia mendengar kosakata, pemahaman anak tentang bahasa pun bertambah. Bila tabungan kosakata anak sudah penuh, area otak lain bernama Broca akan terangsang untuk membuat anak mengucapkan kata-kata yang selama ini dia dengar. Kalau orangtua tidak banyak memberi stimulasi, bank kosakata anak tidak penuh sehingga dia tidak akan bicara,” kata Ahmad di Jakarta, Jumat.

Enhanced by Zemanta

Tinggalkan komentar