TBM

Ayahku Seorang Pejuang


Mega Nanda, istri dari suami bernama Subandi, adalah warga RT05/05 Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sang suami dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat setempat, dan dipercaya sebagai Ketua RT 05 RW 05.
Kepada Kasih Ibu, Mega Nanda menceritakan bahwa peran Ketua RT dalam mengayomi warga sangat penting, terutama menciptakan keamanan lingkungan, kedamaian antar warga kegotong-royongan.
Dalam bermasyarakat, Mega Nanda menyadari bahwa sang suami tidak hanya harus melayani keluarganya, namun harus memprioritaskan pelayanan kepada warganya. Perjuangan-perjuangan sang suami ini, mengingatkan Mega Nanda pada perjuangan ayahnya ketika mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai TNI yang ditugaskan ke Konga bersama Garuda III.
Mega Nanda menceritakan bahwa ayahnya seorang tentara adalah salah satu pejuang negara serta mengharumkan negara ketika ditugaskan ke Konga pada 1962-1963 bersama Garuda III, dibawah misi United Nations Operation for Congo (UNOC), dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kolonel Sabirin Mochtar. Ketika itu, Menteri/Panglima Angkatan Darat dijabat oleh Letjen TNI Ahmad Yani.
Selama di Konga, ayah Mega Nanda ditugaskan di Albert Ville. Menurut ayahnya, sangat kasihan melihat kehidupan warga Konga.Penyakit dan kelaparan merajalela. Tidak adanya jaminan keamanan, karena perang selalu terjadi setiap waktu antar sesama suku, yaitu suku balu bakat dan suku tutsi. Korban pun berjatuhan di sana-sini.
Bersama rekan-rekannya, sang ayah ditugaskan oleh PBB untuk melindungi dan mengamankan nasib penduduk Afrika dari kehancuran akibat perang saudara. Selama enam bulan, keamanan negara konflik perang tersebut berangsur-angsur membaik dan, kehidupan rakyat pun mulai berjalan normal. Senjata dan amunisi yang berhasil dirampas diserahkan pada pemerintahan yang sah yaitu Republik Congo yang dipimpin Jenderal Mabutu.
Ayah Mega Nanda yang juga mertua dari Subandi, hanya sembilan bulan berada di Konga, karena situasi sudah normal kembali. Pasukan Garuda 3 pun ditarik ke Tanah Air, dengandiangkut oleh Kapal Perang USA USNS bladfor.

Mega Nanda berharap kepada rakyat Indonesia dan warga RT 05/05 Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, agar tetap menjaga perdamaian antar sesama, dengan cara saling menghormati dan hidup rukun. (M. Daffa, IF)

Dari Koki Kini Pengusaha


Uni adalah wanita pekerja keras dan berkemauan tinggi. Dengan keahliannya yang didapat mulai bekerja sebagai koki masak, Uni mampu mengembangkan keahliannya hingga menjadi pengusaha rumah makan.
Uni merantau ke jakarta bersama dengan teman-temannya. Uni menetap di kediaman saudaranya, dan bekerja di sebuah restoran rumah makan Padang di daerah Fatmawati Jaksel. Di rumah makan itu, Uni diangkat sebagai koki masak. Setahun kemudian, Uni diangkat menjadi bagian keuangan pada rumah makan Padang tersebut. Uni bekerja hingga 2006.
Di tahun yang sama, Uni dipindahkan ke Yogyakarta. Di Kota Pelajar itu, Uni hanya tiga bulan untuk menggantikan rekannya yang cuti. Setelah itu dia kembali ke Jakarta. Di Jakarta, Uni diterima di sebuah restoran di daerah Rawamangun, tepatnya di daerah Sunan Giri.
Awal Januari 2007, Uni memulai kerja di Rawamangun. Di tempat barunya itu, juga sebagai koki masak. Aktifitas tersebut berulang-ulang dilakukan dan terasa membosankan. Kerja pagi sampai sore, begitu setiap hari
Uni menikah pada April 2006 dengan pria asal Yogjakarta. Tahun 2009, pasangan ini dikaruniai seorang anak perempuan. Setelah melahirkan, Uni pun kembali bekerja, sedangkan anaknya dijaga oleh orangtuanya. Uni telah menunjukan suatu perjuangan yang luar biasa.

Tahun 2013, Uni memutuskan untuk keluar dari tempat kerjaku. Karena dirinya sudah merasa jenuh selalu bekerja untuk orang lain. Kini, Uni membuka rumah makan sederhana. Hasilnya, usaha keluarga tersebut berjalan dengan lancar. Selamat, ya, Bu Uni…! (*/k)



Dari PKBM, Lanjut ke Kampus


Rini Suprapti (41 tahun), merupakan seorang ibu rumah tangga yang yang dikaruniai tiga anak dan memiliki anak asuh. Saat ini, kegiatan Rini Suprapti adalah sebagai siswa PKBM Biru Bangsa.
Dirinya ikut serta di PKBM Biru Bangsa karena dirinya berprinsip bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depannya dan keluarga.
Awalnya, pada 1986 dirinya lulus SD, namun tidak dilanjutkan sekolahnya atas permintaan orangtuanya untuk berhenti sekolah. Ketika itu, dirinya belum menyadari pentingnya arti pendidikan sebagai modal hidup untuk masa depan. Kini Rini Suprapti menyesali keputusannya untuk berhenti sekolah.
Setelah menikah, Rini Suprapti menyibukkan diri dengan bergabung bersama ibu-ibu PKK. Berkat pergaulannya bersama ibu-ibu PKK, Rini Suprapti makin banyak pengalaman dan teman-teman. Bahkan di perkumpulan ibu-ibu PKK tersebut, Rini Suprapti merupakan anggota yang mengenyam pendidikan paling rendah.
Suatu ketika, Rini Suprapti bertemu dengan seseorang yang menawarinya pekerjaan yaitu mengajar di PAUD Biru Bangsa. Karena minim pengalaman untuk mengajar, Rini Suprapti memutuskan mengikuti sekolah Paket C di PKBM Biru Bangsa.
Rini pun belajar tekun di PKBM Biru Bangsa. Bahkan Rini berharap ketika lulus dari PKBM Biru Bangsa, dirinya dapat melanjutkan pendidikannya hingga strata satu.
Anak pertama Rini masih duduk semester satu, anak kedua masih kelas 3 SMP, dan anak ketiga masih duduk di kelas 5 SD. Selain ketiga anaknya, Rini Suprapti ternyata memiliki anak asuh. Sungguh mulia perjuangan seorang ibu bernama Rini Suprapti.
Terkait itu semua, Rini pun berharap kepada pemerintah untuk memberikan donaturnya terhadap anak asuhnya. Bila bantuan itu terlaksana, tentu pemerintah turut mencerdaskan anak bangsa, dan meringankan beban biaya yang harus ditanggung Rini Suprapti.
“Saya berharap kepada pemerintah supaya lebih memperhatikan kepada anak-anak yang putus sekolah,” harapnya.

Selain harapan kepada anak putus sekolah, Rini juga berharap kepada Pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang dikhususkan kepada lulusan paket C. Dengan adanya lapangan pekerjaan itu, tentu siswa-siswi Paket C lainnya akan bersemangat untuk terus sekolah dan diharapkan dapat menggapai cita-citanya. (*/k)


Keluarga Bahagia Ciptakan Anak Berprestasi


Ayah, ibu, dan dua anak, hidup sejahtera, sehat jasmani dan rohani, merupakan gambaran dari keluarga sederhana yang memiliki kehidupan bahagia.
Ayah bertindak sebagai kepala keluarga merupakan kodrat kaum adam untuk melindungi kaum wanita dan anak-anaknya. Sebagai kepala keluarga, ayah berperan menghidupi keluarganya serta mencukupi kebutuhan keluarganya. Sosok ayah pada sebuah keluarga bahagia, juga memiliki pemikiran yang religius, dewasa, mendidik, dan bijak.
Berbeda dengan wanita, sosok wanita pada sebuah keluarga bahagia, menggambarkan sosok yang lemah lembut, baik hati, murah senyum, rajin, tawakal, dan mampu menjadi teman bertukar pikiran bersama suaminya.
Perpaduan kedua karakter ini, tentu akan membentuk sebuah keluarga bahagia yang dapat mengayomi dan mendidik putra-putrinya menjadi anak yang baik, anak yang hormat kepada orangtuanya, anak yang taat beragama, anak yang pandai. Kelak, anak-anak bentukan sebuah keluarga bahagia, akan menggapai cita-citanya tanpa ada rintangan.
Namun, sebuah keluarga bahagia juga tidak terlepas dari persoalan rumah tangga. Dalam hal ini, persoalan-persoalan dalam rumah tangga itu, umumnya dapat diselesaikan dengan singkat dan bijaksana tanpa harus berujung pada perceraian. Dan umumnya, pasangan suami istri pada keluarga bahagia, setiap menyelesaikan persoalan rumah tangganya, selalu didiskusikan bersama-sama atau mencari kata mufakat. (velizha)